Makalah Ilmu Jiwa Belajar | Artikel Kuliah Pengertian Psikologi Agama - Artikel ini saiful publish berkenaan dengan tugas mata kuliah Ilmu JIwa Belajar (IJB) atau psikologi pendidikan dimana digunakan untuk pembahasan diskusi yang mengusung tema atau judul pengertian, metode, objek dan ruang lingkup Ilmu Jiwa Belajar, teori belajar, jenis-jenis belajar, faktor yang mempengaruhi belajar, tinjauan teoritis seperti pengertian belajar, konsepsi ilmu jiwa belajar dll. Jika anda kuliah dijurusan pendidikan tentunya juga membutuhkan artikel keguruan salah satunya macam-macam metode pembelajaran, Pengembangan Kurikulum dan contoh pembuatan RPP. Apabila sobat memerlukan file format pdf atau Ebook mohon maaf kali ini artikel pendidikannya berupa text word sehingga anda lebih mudah untuk mencopy atau mendownload makalah Ilmu Jiwa Belajar ini. Rangkuman dalam bentuk resume dari sebuah artikel internet berbentuk makalah Ilmu Jiwa belajar ini telah tersusun rapi bersama dengan daftar pustaka yang telah ada. Sobat tinggal mencari referensi dari buku aslinya. Untuk ditunjukkan kepada dosen pengampu mata kuliah (IJB) Ilmu Jiwa Belajar. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha untuk mencapai pada tingkat ilmu jiwa belajar tentunya kita harus lebih dahulu mengetahui tujuan umum belajar beserta bagaimana tentang psikologi itu sendiri. Menurut Rene Descartles (1596-1650) ilmu jiwa adalah ilmu tentang kesadaran lain halnya yang dikemukakan oleh Sarlinto W. Sarwono yakni ilmu pengetahuan yang mepelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya". Dalam ruang lingkup psikologi belajar ini banyak hal yang harus diketahui, seperti teori-teori belajar, prinsip belajar, hakikat dan jenis-jenis belajra. Untuk tahap ini ilmu jiwa belajar menjadi tujuan untuk lebih memahami karakter pendidik dengan yang dididik, oleh karenanya untuk lebih memperjelas bagaimana dengan isi-isi yang akan dibahas dalam makalah ini tentunya harus berawal dari awal mula latar belakang pembelajaran psikologi belajar ini dan menjadikan pola awal atau dasar yang kuat yang akan dijadikan kunci pengetahuan umum pembahasan selanjutnya. Rumusan Masalah Ada beberapa bagian yang perlu kita ketahui dalam pembahasan makalah ini yang mana telah menjadi masalah :
BAB II ILMU JIWA BELAJAR Pengertian Ilmu Jiwa Belajar Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani; Psyche yang artinya jiwa, dan logos berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu dapat membedakan antara nyawa dan jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung pada hidup jasmaniah dan menimbulkan perbuatan badaniah (organic behaviour) yaitu perbuatan yang ditimbulkan oleh proses belajar. Misalnya; instink, reflek, nafsu dan sebagainya. Jika jasmani mati, maka mati pulalah nyawanya. Sedangkan jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi (personal behavior) dari hewan tingkat tinggi dan manusia. Menurut Rene Descartes (1596-1650) ilmu jiwa adalah ilmu tentang kesadaran. Ilmu jiwa adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya (Sarlinto W. Sarwono, h. 5). Karena sifatnya abstrak, maka kita tidak dapat mengetahui jiwa secara wajar, melainkan hanya dapat mengenal gejalanya saja. Jiwa adalah sesuatu yang tidak tampak, tidak dapat dilihat oleh mata kita. Demikian pula hakikat jiwa, tak seorangpun dapat mengetahuinya. Manusia dapat mengetahui jiwa seseorang hanya dengan tingkah lakunya. Jadi tingkah laku itu merupakan kenyataan jiwa yang dapat kita hayati dari luar. Defenisi dari belajar yaitu "Mengubah atau memperbaiki tingkah laku melalui latihan, pengalaman dan kontak dengan lingkungan". (Sarlinto W. Sarwono, h. 27). Objek dan Ruang Lingkup Setiap ilmu pengetahuan mempunyai objek tertentu dalam pembahasannya. Misalnya, objek ilmu tumbuh-tumbuhan mempercakapkan tentang tumbuh-tumbuhan. Objek ilmu hewan ialah dunia hewan. Demikian pula ilmu jiwa mempunyai objek, yaitu jiwa, jiwa yang bersifat abstrak, tidak dapat dilihat, di dengar, dirasa, dicium, ataupun diraba dengan panca indera kita. Runga lingkup mengenai belajar adalah : 1) Teori-teori belajar 2) Prinsip-prinsip belajar 3) Hakikat belajar 4) Jenis-jenis belajar 5) Aktivitas-aktivitas belajar 6) Teknik belajar efektif 7) Karakteristik perubahan hasil belajar 8) Manifestasi perilaku belajar 9) Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Ruang lingkup mengenai proses belajar adalah 1) Tahap perbuatan belajar 2) Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi selama belajar 3) Pengaruh pengalaman belajar terhadap perilaku individu 4) Pengaruh motivasi terhadap perilaku belajar. 5) Signifikasi perbedaan individual dalam kecepatan memproses kesan dan keterbatasan kapasitas individu dalam belajar 6) Masalah proses lupa dan kemampuan individu mempelajari melalui transfer belajar. Kegunaan Pada garis besarnya, guna mempelajari ilmu jiwa adalah untuk menjadikan manusia supaya hidupnya baik, bahagia dan sempurna. Karena ilmu jiwa ternyata telah memasuki bidang-bidang yang banyak sekali, banyak persoalan-persoalan yang dapat dibantu dan diselesaikan oleh ilmu jiwa. Misalnya; persoalan-persoalan manusia yang hidup di pabrik, di sekolah, di sawah, dan sebagainya. Selain itu kegunaan mempelajari ilmu jiwa adalah : 1) Untuk memperoleh paham tentang gejala-gejala jiwa dan pengertian yang lebih sempurna tentang tingkah laku sesama manusia pada umumnya dan anak-anak pada khususnya. 2) Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai sarana untuk mengenal tingkah laku manusia atau anak 3) Untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik BAB III KONSEPSI ILMU JIWA BELAJAR Metode Ilmu Jiwa Belajar @ Metode SQ3R Metode SQ3R dikembangkan oleh Francis P. Robinson di Universitas negeri Olio Amerika Serikat. Metode tersebut bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dengan berbagai pendekatan belajar langkah-langkah yang digunakan dalam metode SQ3R. a) Survey maksudnya memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks b) Question, maksudnya menyusun daftar pertanyaan yang relevan dengan teks c) Read, maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun d) Recite, maksudnya menghafal setiap jawabn yang telah ditemukan e) Review, maksudnya meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada langkah kedua dan ketiga. @ Metode PQ4R Metode ini dikembangkan oleh Thomas dan Robinson (1972) menurut Anderson (1990:211) pada hakekatnya merupakan penimbul pertanyaan dan tanya jawab yang dapat mendorong pembaca teks melakukan pengelolahan materi secara lebih mendalam dan luas. Langkah-langkah yang digunakan : a) Preview, bab yang akan dipelajari hendaknya disurvei terlebih dahulu untuk menentukan topik umum yang terdapat di dalamnya. Kemudian bab sub bab yang dalam bab tersebut hendaknya di identifikasi sebagai unit-unit yang akan dibaca. b) Question, pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan sub bab hendaknya disusun misalnya dengan cara mengubah judul sub bab yang bersangkutan ke dalam bentuk kalimat-kalimat pertanyaan c) Read isi sub bab hendaknya dibaca cermat sambil mencoba mencari jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun tadi d) Reflect selama membaca isi sub bab hendaknya di kenang secara mendalam atau difikirkan agar dapat dipahami isinya dan menangkap contoh-contohnya serta menghubungkannya dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya e) Recite, setelah sebuah sub bab selesai dibaca, informasi yang terdapat didalamnya hendaknya diingat-ingat lalu, semua pertanyaan lengenai sub bab tersebut dijawab f) Review setelah menyelesaikan satu bab, tanamkanlah materi bab tersebut ke dalam memori sambil mengingat. Ingat intisari-intisarinya. Kemudian, jawablah sekali lagi seluruh pertanyaan yang berhubungan dengan sub bab dari bab tersebut. BAB IV TINJAUAN UMUM TENTANG KEGIATAN BELAJAR A. Pengertian Belajar Belajar adalah key term istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. adapun definisi lain dari belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dan merupakan setiap jenis dan jenjang pendidikan (Muhiddi Syah, 2003 h. 63). Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan/ menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/ materi pelajaran. B. Jenis-Jenis Belajar Dalam proses ada dikenal bermacam-macam kegiatan belajar, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Adapun jenis-jenis belajar : @ Jenis abstrak Belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara-cara berfikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. @ Ragam Keterampilan Yaitu belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot, Neuromuscula tujuannya yaitu memperoleh dan menguasai keterampilan jasmania tertentu, misalnya olahraga, melukis, menari dan lain-lain @ Jenis Sosial Yakni belajar memahami masalah-masalah dan teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial, seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, kelompok dan lain-lain. @ Jenis Pemecahan masalah Yaitu belajar menggunakan metode-metode ilmiah yaitu berfikir, secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitis untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas. @ Jenis Rasional Yaitu belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan sistematis (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya yaitu untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsipnya dan konsep-konsep. @ Jenis Kebiasaan Yaitu proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan yang telah ada. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif. @ Jenis Apresiasi Yaitu belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa atau kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu @ Jenis Pengetahuan Yaitu belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuannya agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi 3 macam, yakni : 1) Faktor internal. Yaitu faktor yang berasal dari dalam siswa sendiri yang meliputi 2 aspek yaitu aspek psiologis dan aspek psikologis (aspek jasmani dan rohani) 2) Faktor eksternal. Yaitu faktor yang terdiri dari 2 macam faktor lingkungan sosial seperti para guru, masyarakat dan lain-lain lingkungan non sosial seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tepat tinggal dan lain sebagainya. 3) Faktor Pendekatan Belajar. Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa tersebut seperti :
BAB V TINJAUAN TEORITIS TENTANG KEGIATAN BELAJAR Teori-Teori Belajar Teori-teori dalam belajar adalah : Connectionism (koneksionisme) Teori connectionism (koneksionisme) adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874-1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1980-an. Eksperimen Thorndike in digunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Berdasarkan eksperimen yang dilakukan Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon. Itulah sebabnya teori koneksionisme disebut "S-R Bond Theory" dan "SR Psychology of Learning" selain itu, teori itu dikenal dengan sebutan "Trial and Error Learning". Istilah itu menunjukkan panjangnya waktu dan banyak jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan (Hillgard dan Bower, 1975) Classical Conditioning (Pembiasaan Klasik) Teori pembiasaan klasik berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Paulov (1849-1936), seorang ilmuwan besar Rusia yang berhasil menggondol hadiah nobel (1909). Pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadi refleks tersebut (Terrace, 1973). Dalam eksperimennya, Pavlov menggunakan anjing untuk mengetahui hubungan-hubungan antar conditional stimulus (CS), unconditioned stimulus (UCS). Conditioned response (CR), dan unconditioned response (UCR). CS adalah rangsangan yang mampu mendatangkan respon yang dipelajari, sedangkan respon yang dipelajari itu sendiri disebut CR. Adapun UCS berarti rangsangan yang menimbulkan respon yang tidak dipelajari dan respon yang tidak dipelajari itu disebut UCR. Dari hasil eksperimen yang dilakukan, bahwa belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respons. Apabila stimulus yang diadakan (CS) selalu disertai dengan stimulus penguat (UCS). Stimulus tadi (CS) cepat atau lambat akhirnya akan menimbulkan respon atau perubahan yang kita hendaki yang dalam hal ini CR. Operant Conditioning (pembiasaan perilaku respon) Teori ini dikembangkan oleh Burrhus Frederic Skinner. Operant conditioning adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat (Reber, 1980). Respon dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respon tertentu namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya. Dalam eksperimennya, skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang kemudian terkenal dengan nama "Skinner Box". Peti sangkar ini terdiri atas dua macam komponen pokok, yakni : manipulandum dan alat pemberi reinforcement yang antara lain komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri atas tombol, batang jeruji, dan pengungkit (Reber, 1988). Contiguous conditioning (pembiasaan asusiasi dekat) Teori contiguous conditioning adalah sebuah teori belajar yang mengasumsikan terjadinya peristiwa belajar berdasarkan kedekatan hubungan antara stimulus dengan respon yang relevan. Teori ini ditemukan oleh Edwin R. Guthrie. Menurut teori ini apa yang sesungguhnya dipelajari orang, misalnya seorang siswa, adalah reaksi atau respons terakhir yang muncul atas sebuah rangsangan atau stimulus. Artinya, untuk selamanya atau sama sekali tidak terjadi (Reber, 1989 : 153). Dalam pandangan penemu teori ini peningkatan berangsur-angsur kinerja hasil belajar yang lazim dicapai seorang siswa bukanlah hasil dari respons kompleks terhadap stimulus-stimulus melainkan karena dekatnya asosiasi antara stimulus dengan respon yang diperlukan. Cognitive theory (teori kognitif) Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang telah memberi kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi belajar. Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia, dalam pandangan para ahli kognitif, tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan sebagainya. Pakar psikologi kognitif, Piaget, menyimpulkan : Children have a built in desire to learn (Barlow, 1985) artinya bahwa semenjak lahirnya setiap anak manusia memiliki kebutuhan yang melekat dalam dirinya sendiri untuk belajar. Social Learning theory (teori belajar sosial) Tokoh utama teori ini adalah Albert Bandura. Bandura memandang tingkahlaku manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus, melainkan reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri. Prinsip dasar belajar hasil temuan Bandura termasuk belajar sosial dan moral. Menurut Barlow (1985), sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Dalam hal ini seorang siswa belajar mengubah perilakunya sendiri melalui penyaksian siswa belajar mengubah perilakunya sendiri melalui penyaksian orang lain atau sekelompok orang mereaksi atau merespon sebuah stimulus tertentu. Siswa ini juga dapat mempelajari respons-respons baru dengan cara pengamatan terhadap perilaku contoh dari orang lain, misalnya guru atau oran tuanya. Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan, merespon) dan imitation (peniruan). ~~ Belajar sebagai Proses ~~ Kognitif Ada dua kecakapan kognitif siswa yang amat perlu dikembangkan khususnya guru yakni : a) Strategi belajar memahami isi materi pelajaran b) Strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya seta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut Strategi adalah sebuah istilah populer dalam psikologi kognitif, yang berarti prosedur mental yang berbentuk tatanan tahapan yang memerlukan alokasi berupa upaya yang bersifat kognitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan kognitif atau pilihan kebiasaan belajar siswa. Pilihan kebiasaan belajar ini secara global terdiri atas : a) Menghafal prinsip-prinsip yang terkandung dalam materi b) Mengaplikasikan prinsip-prinsip materi Preferensi kognitif yang pertama, timbul karena dorongan luar (motif ekstrinsik) yang mengakibatkan siswa menganggap belajar hanya sebagai alat pencegah ketidaklulusan atau ketidaknaikan. Menurut Dark and Clarke (1990), aspirasi yang dimilikinya bukan ingin menguasai materi secara mendalam, melainkan sekedar asal usul atau naik kelas semata. Preferensi kognitif yang kedua, timbul karena dorongan dari dalam diri siswa sendiri (motif intrinsik), dalam arti siswa menang tertarik dan membutuhkan materi-materi pelajaran yang disajikan gurunya. Siswa ini lebih memusatkan perhatiannya untuk benar-benar memahami dan memikirkan cara menerapkannya (Geed, and Brophy, 1990). Untuk mencapai aspirasinya, ia memotivasi diri sendiri agar mengaplikasikannya dalam arti menghubungkannya dengan materi-materi lain yang relevan. Afektif Keberhasilan pengembangan ranah kognitif hanya akan membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah afektif. Sebagai contoh, seorang guru agama yang piawi dalam mengembangkan kecakapan kognitif dengan cara seperti yang penyusun uraiakan diatas, akan berdampak positif terhadap ranah afektif para siswa. Dalam hal ini, pemahaman yang mendalam terhadap arti penting materi pelajaran agama yang disajikan guru serta preferensi kognitif ini, antara lain berupa kesadaran beragama yang mantap. Dampak positif lainnya ialah dimilikinya sikap mental keagamaan yang lebih tegas dan lugas sesuai dengan tuntutan ajaran agama yang ia pahami dan yakini secara mendalam. Sebagai contoh, apabila seorang siswa diajak kawannya untuk berbuat tidak senonoh seperti, melakukan seks bebas, meminum keras dan Pil Setan, ia akan serta merta menolak dan bahkan berusaha mencegah perbuatan asusila itu dengan segenap daya dan upayanya. Psikomotorik Keberhasilan pengembangan ranah kognitif, juga akan berdampak positif terhadap pengembangan ranah psikomotorik. Kecakapan psikomotorik adlaha segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang ter buka. Namun disamping kecakapan psikomotorik itu tidak terlepas dari kecakapan kognitif dan layak terikat oleh kecakapan afektif. Jadi, kecakapan psikomotorik siswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya. Sebagai contoh para siswa yang berprestasi baik dalam bidang pelajaran agama misalnya sudah tentu akan rajin beribadah, shalat dan mengaji. Dia juga tidak akan segan-segan memberi pertolongan dan bantuan kepada orang yang melakukan. Sebab ia merasa memberi bantuan itu adalah kebajikan (afektif), sedangkan perasaan yang berkaitan dengan kebajikan tersebut dari pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran agama yang ia terima dari gurunya (kognitif). Kesimpulannya bahwa upaya guru dalam mengembangkan keterampilan ranah kognitif para siswanya merupakan hal yang sangat penting jika guru tersebut menginginkan siswanya aktif mengembangkan sendiri keterampilan ranah-ranah psikologi lainnya. BAB VI Evaluasi dan Appresiasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar Pengertian dan Objek Evaluasi Aktivitas belajar, perlu diadakan evaluasi. Hal ini penting karena dengan evaluasi kita dapat mengetahui apakah tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak. Pengukuran dan evaluasi mempunyai kaitan yang erat, tetapi mengandung titik beda. Menurut Sumadi Surabrata, pengertian pengukuran mencakup segala cara untuk memperoleh informasi yang dapat dikuantifikasikan, baik dengan tes maupun dengan cara lain. Sedangkan pengertian evaluasi menekankan penggunaan informasi yang diperoleh dengan pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat keputusan-keputusan pendidikan, jadi evaluasi belajar adalah suatu aktivitas untuk mengetahui berhasil tidaknya tujuan belajar. Adapun objek evaluasi adalah evaluasi yang sempurna tidak hanya berobjekan pada aspek kecerdasan akan tetapi mencakup seluruh pribadi anak dalam seluruh situasi pendidikan yang dialaminya. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Tujuan evaluasi ada 2 segi tujuan umum dan khusus L. Pasaribu dan Simanjuntak, menegaskan bahwa : (+) Tujuan umum dari evaluasi adalah - Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan - Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas /pengukuran yang didapat - Menilai metode mengajar yang dipergunakan (+) Tujuan khusus dari evaluasi adalah : - Merangsang kegiatan siswa - Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan - Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dari bakat siswa yang bersangkutan - Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlakukan orang tua dan lembaga pendidikan - Memperbaiki mutu pelajaran/ cara belajar dan metode mengajar (+) Fungsi evaluasi : Untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi murid a) Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid. Misalnya, dalam penentuan kenaikan kelas atau lulus tidaknya seorang murid b) Untuk menentukan murid di dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh murid c) Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungannya) murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan belajar yang timbul. (+) Jenis-Jenis Evaluasi Evaluasi formatif Fungsinya adalah untuk memperbaiki proses belajar mengajar ke arah yang lebih baik atau memperbaiki program satuan pelajaran yang telah digunakan Evaluasi sumatif Fungsinya adalah untuk menentukan angka/nilai murid setelah mengikuti program pengajaran dalam satu catur wulan, semester akhir tahun atau akhir dari suatu program bahan pengajaran dari suatu unit pendidikan Evaluasi placement (penempatan) Fungsinya adalah untuk mengetahui keadaan anak termasuk keadaan seluruh pribadinya, agar anak tersebut dapat ditempatkan pada posisinya yang tepat Evaluasi diagnostic Fungsinya adalah untuk mengetahui masalah apa yang diderita atau yang mengganggu anak didik, sehingga ia mengalami kesulitan hambatan atau gangguan ketika mengikuti program tertentu. BAB VII PENUTUP Kesimpulan Pada bab terakhir ini kita dapat merangkum beberapa bagian dari isi-isi apa yang ada dalam pembahasan makalah ini, karena ilmu jiwa belajar tersebut membahas tentang definsi belajar yaitu mengubah atau memperbaiki tingkah laku melalui latihan, pengalaman dan kontak dengan lingkungan. Dan juga ada banyak metode dan konsepsi ilmu jiwa belajar. Ilmu jiwa belajar merangkum 2 bagian yakni objek dan ruang lingkup serta kegunaan-kegunaan lainnya dan dalam makalah tersebut diuraikan pula beberapa teori-teori belajar Saran Sebagai manusia biasa kami menyadari bahwa dalam makalah masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan meskipun kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi itulah usaha kami, olehnya itu kritik dan saran pembaca yang bersifat motivasi sangatlah kami harapkan, sebagai saran bagi kami untuk kedepan. DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi, Drs. Psikologi Belajar Ilmu, Surabaya. 1983. Widodo Supriyono, Drs. Psikologi Belajar, Jilid I. II, Sumbangsih Yogya, 1969. The Liang Gie, Drs. Cara Belajar yang Efesien, Jakarta. Perc. Pustaka Rakyat. 1965. Masrun MA dan Dra. Sri Mulyani Martaniah, Psikologi Pendidikan, Yasbit . Fakultas Psikologi UGM. 1964. Oemar Hamalik Drs. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Tarsito, Bandung. 1975. Sekian penulisan artikel dari toko blog lengkap dengan sumber bukunya dan anda bisa langsung print dan dikumpulkan tentunya tugas mata kuliah Ilmu Jiwa Belajar ini kepada dosen pengampu Psikologi Ilmu JiWa belajar anda. |
Pengertian Fungsi Tujuan dan Macam-macam Bimbingan Konseling | Artikel Makalah Jenis-jenis BK Posted: 03 Jan 2012 01:28 PM PST Pengertian Fungsi Tujuan dan Macam-macam Bimbingan Konseling | Jenis-jenis BK - Kembali lagi toko blog hadir untuk menjawab pertanyaan sobat setelah menulis makalah kuliah pengembangan kurikulum, kali ini membahas mengenai makna dari Bimbingan Konseling atau BK di sekolahan baik itu SMP, MTS, SMA, MA, SD, Tk dll. Manfaat dari materi bimbingan konseling yang berupa artikel, makalah ataupun skripsi ini bisa menjadikan para guru BK bertambah wawasan mengenai arti dari Bimbingan konseling itu sendiri bagi peserta didik. Setelah mengerti fungsi, tujuan dan macam-macam Bimbingan Konseling maka manfaat membimbing anak tentunya sangat banyak bagi perkembangan psikologi khususnya. Pembahasan lebih lengkap mengenai Pengertian Fungsi Tujuan dan Macam-macam Bimbingan Konseling di artikel malakah kali ini diperoleh dari sumber internet terpercaya yang bersumber dari buku pustaka karangan para ahli BK. A. Pengertian Bimbingan dan Konseling 1. Definisi Bimbingan Dalam mendefinisikan istilah bimbingan, para ahli bidang bimbingan dan konseling memberikan pengertian yang berbeda-beda. Meskipun demikian, pengertian yang mereka sajikan memiliki satu kesamaan arti bahwa bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan. Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004: 99), Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Sementara Bimo Walgito (2004: 4-5), mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya. Chiskolm dalam McDaniel, dalam Prayitno dan Erman Amti (1994: 94), mengungkapkan bahwa bimbingan diadakan dalam rangka membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri. Bimbingan adalah Proses pemberian bantuan (process of helping) kepada individu agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan ( agama dan budaya) sehingga men-capai kehidupan yang bermakna (berbahagia, baik secara personal maupun sosial)" Bimbingan dan Konseling, "Proses interaksi antara konselor dengan klien/konselee baik secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung (melalui media : internet, atau telepon) dalam rangka mem-bantu klien agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau memecahkan masalah yang dialaminya". Menurut WikiPedia dalam pembahasan bimbingan ada berbagai macam pengertian. silahkan lihat pengertian bimbingan di wikiPedia.org 2. Definisi Konseling Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antarab dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. (Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101). Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya. Pengertian Bimbingan dan Konseling Dari semua pendapat di atas dapat dirumuskan dengan singkat bahwa Bimbingan dan Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup. Tujuan diberikannya layanan Bimbingan dan Konseling
Fungsi layanan Bimbingan dan Konseling
Jenis – jenis Bimbingan dan Konseling Bimbingan akademik Bertujuan:
Bertujuan:
Bertujuan:
Bertujuan:
Sekian makalah artikel susunan dan rangkain toko blog berdasarkan sumber pilihan dari GooGle.co.id yang berhasil saiful rangkai menjadi sebuah artikel pendidikan sederhana berjudul makalah Pengertian Fungsi Tujuan dan Macam-macam Bimbingan Konseling serta artikel jenis-jenis BK. |
Makalah Guru dan Pengembangan Kurikulum (PENGKUR) | Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan Sekolah Posted: 03 Jan 2012 12:43 PM PST Makalah Guru dan Pengembangan Kurikulum (PENGKUR) | Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan Sekolah - SEbelumnya toko blog membahas masalah pendidikan keguruan atau tarbiyah berkenaan beberapa contoh komponen RPP Terbaru dan contoh referensi judul skripsi. Kesempatan ini kita akan bahas materi Pengembangan Kurikulum model pembelajaran pendidikan nasional terbaru. Yang terdiri atas unsur Guru, murid peserta didik, kurikulum, bahan ajar dll. Seorang Guru dan kurikulum tak akan pernah lepas dalam dunia pendidikan khususnya pada lingkup sekolah dan lebih khususnya lagi pada proses belajar mengajar (KBM) , Oleh karena itu saiful mencoba mengulas materi kuliah PENGEMBANGAN KURIKULUM untuk Akta IV dengan Makalah berjudul Guru Dan Pengembangan Kurikulum. Karya tulis Makalah Guru Dan Pengembangan Kurikulum ini merupakan makalah kelompok yang di presentasikan saat diskusi di perkuliahan. Tentunya isi dari makalah GURU dan Pengembangan kurikulum ini tak jauh-jauh membahas materi sesuai judul yaitu ada pengertian kurikulum, pengertian seorang guru, ciri guru yang baik, peran GUru, macam-macam pengembangan kurikulum, model pengembangan kurikulum, isi atau susunan dari kurikulum itu sendiri. Berikut penjelasan Makalah Guru dan Pengembangan Kurikulum (PENGKUR) BAB I PENDAHULUAN Guru Dan Pengembangan Kurikulum A. Latar Belakang Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan arah, isi dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Dalam suatu lembaga pendidikan, salah satu tokoh yang memiliki peranan yang begitu penting dalam pengembangan kurikulum adalah guru. Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan yang terlibat langsung dalam mengembangkan, memantau, dan melaksanakan kurikulum sehingga pembelajaran dapat berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Meskipun ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang cukup pesat, tidak berarti menyurutkan peranan guru. Bahkan, hasil – hasil teknologi tersebut akan menambah beban tugas dan tanggung jawab guru. Oleh karenanya, guru sebagai pelaku utama pendidikan diwajibkan memenuhi kewajibannya sebagai pendidik professional, dan – tentu saja – sebagai pengembang kurikulum. B. Rumusan Masalah (Makalah Guru dan Pengembangan Kurikulum) Beberapa masalah yang akan dijawab dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah makna guru? 2. Bagaimanakah peranan guru dalam pengembangan kurikulum? 3. Bagaimanakah Upaya pembinaan kurikulum bagi guru? C. Tujuan (Makalah Guru dan Pengembangan Kurikulum) Tujuan yang hendak diperoleh dari makalah ini adalah, 1. Menjelaskan makna guru dalam beberapa perspektif. 2. Menjelaskan peranan guru dalam pengembangan kurikulum 3. Menjelaskan guru dan upaya pembinaan kurikulum. BAB II PEMBAHASAN Guru Dan Pengembangan Kurikulum A. MAKNA GURU Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid, di surau/musalla, di rumah dan sebagainya. Guru menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat karena kewibawaannya sehingga masyarakat tidak meragukan figur seorang guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak meraka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. Karen akepercayaan yang diberikan masyarakat, maka guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat sebaba tanggung jawab guru tidak hanya sebatas di sekolah, tapi juga di luar sekolah yaitu membina yang diberikan tidak hanya berkelompok tetapi juga secara individual seperti memperhatikan sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya di sekolah dan di luar sekolah. Menurut amatembun dalam saipul bahri (1997:32) bahwa guru adalah semua orang yang beyrwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid baik secara individual maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah. Guru dan Pengembangan Kurikulum B. PERANAN GURU DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM Dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat di bedakan antara sifat yang bersifat sentralisasi, desentralisasi dan sentraldesentral. Pembagian kategori ini – tentu saja- akan memberikan pengaruh signifikan terhadap pengembangan kurikulum. Tujuan utama pengembangan kurikulum adalah untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa serta memberikan standar penguasaan yang sama bagi seluruh wilayah. Latar belakang pengembangan kurikulum menurut Dr. Nana Saodih yaitu pertama, karena wilayah Indonesia yang sangat luas yang terbentuk atas pulau-pulau yang letaknya berjauhan. Kedua, kondisi dan karakteristik tiap daerah berbeda-beda yaitu ada yang daerahnya sangat maju sekali dan ada yang sangat terbelakang sekali,ada daerah yang tertutup dan ada daerah yang terbuka, dan ada yang kaya dan miskin. Ketiga, perkembangan dan kemampuan sekolah juga berbeda-beda yaitu ada sekolah yang sudah mapan mampu berdiiri sendiri dan melakukan pengembangan sendiri karena memiiki personalia, fasilitas yang memadai, dan manajemen yang mapan, dan sekolah yang lain kondisinya sangat memprihatinkan karena segalanya masih berada pada tingkat darurat. Keempat, adanya golongan atau kelompok tertentu dalam masyarakat yang ingin lebih mengutamakan kelompoknya dan menggunakan sekolah untuk mencapai tujuan tersebut. 1. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi tugas guru adalah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat, memilih dan menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan ,minat dan tahap perkembangan anak, memiliki metode dan media mengajar yang bervariasi serta menyusun program dan alat evaluasi yang memudahkan guru dalam implementasinya. Walaupun kurikulum sudah tersusun dengan berstruktur tetapi guru masih mempunyai tugas untuk mengaddakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian. Makalah Guru dan Pengembangan Kurikulum Implementasi kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada kreativitas, kecakapan, kesungguhan, dan ketekunan guru. Guru hendaknya mampu memilih dan menciptakan situasi-situasi belajar yang menggairahkan siswa, mampu memilih dan melaksanakan metode mengajar yang sesuai dengan kemampuan siswa, bahan pelajaran dan banyak mengaktifkan siswa, guru hendaknya mampu memilih, menyusun dan melaksanakan evaluasi baik untuk mengevaluasi perkembangan atau hasil belajar siswa untuk menilai efisiensi pelaksanaannya itu sendiri. 2. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi Kurikulum desentralisasi di susun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kuriklum ini dipeeruntukkan bagi suatu sekolah atau lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini di dasarkan pada karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah tersebut. Bentuk kurikulum seperti ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan – kelebihan kurikulum adalah.
C. GURU DAN UPAYA PEMBINAAN KURIKULUM Upaya pembinaan kurikulum yang dilakukan guru bertujuan meningkatkaan kualitas proses pengajaran dan hasil belajar yang dicapai siswa. Oleh sebab itu aspek pembinaan mencakup proses belajar mengajar termasuk penilaian hasil belajar, bimbingan dan penyuluhan, administrasi guru, dan pembinaan kompetensi professional guru itu sendiri. Proses belajar mengajar adalah operasionalisasi dari kurikulum, khususnya garis-garis besar program pengajaran (GBPP) bidang studi tertentu. Upaya yang bisa dilakukan agar pelaksanaan proses belajar mengajar sesuai dengan rambu-rambu yang ada dalam GBPP adalah sbb : 1. Menelaah GBPP Dalam GBPP dikemukakan tujuan kurikuler, tujuan instruksional, pokok bahasan/sub pokok bahasan, bahan pengajaran dan penyebaran pokok bahasan berdasarkan kelas/caturwulan/semester. Telaah guru terhadap GBPP terutama untuk menetapkan :
Berdasarkan telaahan GBPP setiap guru sebaiknya menyusun satu – satuan pelajaran untuk satu caturwulan/ semester. Penyusunan satuan pelajaran secara menyeluruh untuk satu caturwulan/semester akan dapat menjamin kesinambungan tujuan, bahan kegiatan belajar, dan penilaiaan. Manfaat lain, guru tidak direpotkan membuat satuan pelajaran setiap kali akan mengajar. Satuan pelajaran yang di susun untuk satu semester bisa diperbaiki dan disempurnakan pada tahun berikutnya, berdasarkan pengalaman mengajar yang di tempuh guru dengan menggunakan satuan pelajaran yang telah disusun tersebut. 3. Penyediaan sumber (alat) fasilitas belajar Menyediakan sumber (alat) fasilitas belajar untuk siswa, seperti alat peraga, buku sumber, alat praktikum, bahan diskusi (topik-topik diskusi), keperluan permanen, alat untuk kunjungan ke luar kelas, dan lain-lain.Upaya pengelolaan sumber belajar dilakukan dan direncanakan sedini mungkin, sehingga pada waktu pelaksanaannya dapat berjalan lancar, sumber belajar dapat di usahakan melaui berbagai cara misalnya membuat sendiri, menugaskan siswa, membeli, atau bekerja sama dengan orang lain/ pihak lain(meminjam, dll). 4. Penilaian hasil belajar Hasil belajar yang dicapai oleh para siswa dapat dijadikan salah satu ukuran dari keberhasilan proses belajar mengajar. Hasil tersebut nampak dalam hal perubahan intelektual terutama mengenai pemahaman konsep, prinsip, hukum, teori yang ada dalam bidang studi yang dipelajarinya, kemampuan memecahkan masalah berdasarkan prinsip-prinsip pengetahuan ilmiah, kemampuan menganalisis dan menginterpretasi permasalahan yang dihadapinya dan kemampuan memberikan pertimbangan terhadap sesuatu gejala, masalah, objek, dan lain-lain atas dasar kaidah-kaidah dan nilai-nilai tertentu. Makalah Guru dan Pengembangan Kurikulum D. AKTIVITAS GURU DALAM MERENCANAKAN KURIKULUM Pada dasarnya kegiatan merencanakan dapat meliputi menentukan tujuan pengajaran, penentuan bahan pelajaran, alat dan metode pengajaran, serta perencanaan penilaian pembelajaran. Dengan demikian kegiatan merencanakan merupakan upaya sistematis dalam mencapai suatu tujuan selain itu untuk mempermudah proses belajar mengajar yang kondusif. Sebagai contoh, keberhasilan dalam implementasi kurikulum dapat dipengaruhi oleh perencanaan pembelajaran pembelajaran yang disusun guru. Oleh sebab itu, kepiawaian guru dalam menyusun rencana pembelajaran (Instruction Design) dapat menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi. Dalam kegiatan perencanaan hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan yang hendak di capai. Berangkat dari tujuan yang kongkrit inilah, hal ini akan menjadi patokan dalam melakukan dan melaksanakan langkah yang harus ditempuh termasuk cara bagaimana melaksanakannya. Tujuan yang dimaksud adalah tujuan pokok bahasan yang lebih spesifik yang merupakan hasil proses belajar mengajar. Tujuan pengajaran ini mengandung muatan yang menjadi bahan pelajaran. Tujuan-tujuan yang telah ditentukan tersebut kemudian di bagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. (s. Bloms) Adapun beberapa petunjuk untuk melakukan atau menentukan tujuan pembelajaran.
Selanjutnya adalah menetapkan bahan ajar atau bahan pelajaran. Bahan pelajaran mencakup tiga komponen antara lain ilmu pengetahuan, proses, dan nilai-nilai. Dalam hal ini ketiga komponen tersebut dapat dirincikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah tertentu. Menentukan metode pengajaran merupakan langkah ketiga dalam peranan guru sebagai pengembang kurikulum. Penentuan metode erat kaitannya dengan pemilihan strategi pembelajaran yang paling efektif dan efesien dalam melakukan proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pembelajaran. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan metode mengajar yaitu:
Selanjutnya langkah keempat adalah merencanakan penilaian hasil belajar. Penilaian pada dasarnya penilaian adalah suatu proses penentuan nilai dari suatu objek atau peristiwa dalam konteks situasi tertentu. Sedangkan pendapat lain menjelaskan bahwa penilaian berbeda dengan tes dan pengukuran. Tes merupakan bagian integral dari pengukuran, sedangkan pengukuran pengukuran merupakan bagian yang mungkin dilakukan dalam suatu penelitian. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas pada Makalah Guru dan Pengembangan Kurikulum , maka ada beberapa hal yang dapat disimpulkan.
DAFTAR PUSTAKA Guru Dan Pengembangan Kurikulum (PENGKUR) Bahri Djamarah, syaiful. 2000.Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers. Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Saodih Sukmadinata, Nana. 2002. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung: Rosdakarya. Sudjana, Nana. 2002. Pengembangan Dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah. Bandung: Algesindo. Sekian pembaca toko blog dimanapun anda berada. Pembahasan dan pembelajaran materi kuliah pendidikan bertemakan Guru Dan Pengembangan Kurikulum (PENGKUR) pendidikan umum maupun Islam serta model pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang bertujuan untuk mencapai proses pembelajaran yang berhasil seperti guru yang menggunakan berbagai macam metode pembelajaran yang ada. |